Pages

Tanam Jagung

Produktivitas
Peran jagung akan semakin strategis, bukan hanya dalam pemenuhan karbohidrat dan protein baik sebagai bahan pangan maupun pakan, namun juga berkembang untuk bahan bahu gula, minyak goreng dan etanol. Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung yang ada di Indonesia adalah jagung biasa yang memiliki kelemahan dilihat dari nilai nutrisi. Kandungan protein biji jagung biasa, sekitar 8 – 11 % tetapi kekurangan dua asam amino esensial (lysin dan triftofan) masing – masing hanya 0,05 dan 0,225 % dari total protein biji. Nilai ini kurang separuh dari konsentrasi yang disarankan FAO. Jika jagung ini digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, maka diperlukan tambahan lysin dan triftofan dari sumber lain.


Jagung QPM sebagaimana jagung biasa terdiri atas 2 jenis yaitu dengan sari bebas dan hibrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar populasi jagung QPM dari jenis hibrida produktivitas tang dihasilkan lebih tinggi (7,34 – 8,65 t/ha) dan berbeda dengan pembanding (varietas Semar 8 dan Semar 9). Demikian pula untuk QPM jenis dengan sari bebas, QPM putih mampu berproduksi tinggi (6,9 – 7,5 t/ha) dan berbeda dengan pembanding varietas Bayu (5,69 t/ha), sementara untuk QPM kuning dapat mencapai (7,04 – 7,98 t/ha) dan tidak berbeda dengan pembanding varietas Bisma (7,77 t/ha). Dalam proposal ini, produksi jagung diperkirakan 6,00 t/ha.

Permintaan
Berdasarkan perkiraan USDA (PSD 2007), konsumsi jagung untuk pakan pada tahun 1982 baru mencapai 867.000 ton (19% dari total produksi jagung dalam negeri). Angka ini meningkat menjadi 3,27 juta ton pada tahun 1998 (42,1% dari total produksi) dan 3,75 juta ton (51% dari total produksi) pada tahun 2004. Pada tahun 2004 konsumsi jagung sebagai pangan diperkirakan hanya sekitar 3,0 juta ton (42% dari total produksi). Indonesia selalu menjadi net importer jagung sejak 1992, kecuali pada saat krisis ekonomi 1997/98, Indonesia kembali menjadi net exporter karena merosotnya penggunaan jagung untuk pakan. Impor jagung Indonesia pada tahun 2006/07 mencapai 1,9 juta ton.
Perkembangan dan perkiraan permintaan jagung Amerika Serikat, 1980-2015 dipengaruhi oleh permintaan ethanol di Amerika Serikat di samping didorong oleh peningkatan harga minyak bumi, juga mendapatkan insentif dari pemerintah. Bantuan pemerintah Amerika Serikat untuk produksi etanol diperkirakan 0,38-0,49 dolar AS/barel setara minyak bumi. Peningkatan harga jagung di pasar dunia sebesar 23% pada tahun 2007 dan bahkan 60% pada tahun 2006 adalah akibat peningkatan penggunaan jagung untuk industri etanol.

Selain itu, permintaan jagung itu juga untuk memenuhi kebutuhan industri makanan maupun industri pakan ternak. Total produksi jagung di tingkat dunia 990 juta ton, 40% di antaranya kontribusi AS, 20% dari China, 7% dari Uni Eropa dan Brasil sebanyak 6%. Sedangkan pemakaian
jagung untuk ethanol khususnya di AS, pada 2005 mencapai 50 juta ton atau 20% dari kebutuhan jagung nasional, sementara untuk 2006 naik menjadi 55 juta ton (22%) dan pada 2008 diperkirakan meningkat menjadi 82 juta ton (30%).

H a r g a
Perkembangan dari harga jagung di pasar dunia dalam periode 2003-2007, terlihat ada kenaikan harga dari jagung yang tajam sejak 2005. Harga perdagangan internasional dari jagung pada bulan Juni 2007 mencapai 165,2 dolar AS/ton dan turun menjadi 151,2 dolar AS/tonpada bulan Agustus 2007 (World Bank 2007). Berdasar perkiraan yang disimulasikan oleh IFPRI (2006) dengan berbagai skenario pertumbuhan biofuel, harga dari jagung diperkirakan dapat meningkat 20-41% pada tahun 2010 dan 2020, dibandingkan dengan harga pada tahun 2007. Kenaikan harga dari jagung akan mempengaruhi ketahanan dari pangan dan industri pakan, dan tentunya juga mempengaruhi pendapatan petani.
Harga jagung di dalam negeri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga dunia. Oleh karena itu impor jagung akan terus berlanjut jika produksi dalam negeri tidak mencukupi. Saat ini, harga jagung nasional Rp 2.500 – 2.700 per kg atau $ 350 – 370 per ton sedangkan harga dunia hanya $ 150 – 160 per ton. Selisih harga ini merupakan peluang bagi investor untuk mengembangkan produksi jagung di Indonesia. Dalam perhitungan analisis keuangan, asumsi harga $ 150 per ton.

Rencana Usaha
Membuka area untuk lahan menanam jagung seluas 50,000 ha di Kabupaten Tuban dan Situbondo masing-masing seluas 40,000 ha dan 10,000 ha. Daerah tersebuit memenuhi persyaratan untuk produksi jagung ditinjau dari aspek kualitas tanah, infrasruktur dan dukungan sumber daya manusia.

No comments: